Rabu, 22 Oktober 2008

Berkenalan dengan Sistemic Lupus Erithromasis



Pertama kali aku berkenalan dengan Lupus tahun 2001, beberapa bulan setelah menikah. Awalnya aku batuk-batuk. Sebenarnya aku sudah sakit waktu menikah. Hanya saja karena kesibukan memperisapkan pernikahan, aku tidak begitu memperhatikan gejalanya. Lagipula soal paru-paru ini bukan kali pertama. Waktu kuliah setelah menjalani ospek aku jatuh sakit. Kemudian kambuh lagi sekitar 3 tahun kemudian setelah kakekku meninggal. Semuanya dipicu oleh kelelahan. Ospek, menunggui almarhum kakekku di rumah sakit (seringkali dari siang sampai malam aku terus-terusan stand by di rumah sakit) dan kelelahan mempersiapkan pernikahan yang semuanya aku tangani sendiri. Maka ketika kemudian aku jatuh sakit aku malas berobat ke dokter. Aku pilih alternatif di Garut. Bukannya sembuh, aku malah terkapar di tempat tidur semakin parah. Setelah didesak untuk ke rumah sakit, akhirnya aku setuju.


Dua minggu di rumah sakit, penyebab sakitku belum ketahuan. Dokter hanya bilang paru-paru. Tapi panas tubuh tidak turun-turun. Baru setelah dokter yang menanganiku cuti dan diganti oleh Dr. Ruben, baru dia curiga kemudian memeriksa sekali lagi sampel darahku. Baru deh ketahuan. "Ibu, sakitnya udah ketahuan ya,... SLE... bye..." kata dokter tanpa memberikan penjelasan apapun, meninggalkan aku yang terbengong-bengong sendirian. Langsung aku telepon ibuku, minta dicarikan informasi mengenai SLE. Aku tidak akan bisa tidur sebelum jelas penyakit apa itu. Tapi ternyata ibuku tidak mau memberitahu aku mengenai penyakit itu. Dia takut aku stress. Aku bilang aku tidak akan stress kalau tahu mengenai penyakit itu, justru aku akan stress kalau aku tidak mendapat penjelasan mengenai penyakit itu. Dari suster sedikit banyak aku mendapat informasi.


Sistemic Lupus Eritrhomasis. Penyakit autoimun. Terjadi karena zat imunitas dalam tubuh error dan tidak bisa membedakan mana lawan mana kawan, mana penyakit, mana organ tubuh sehingga akhirnya dia menyerang organ-organ tubuh kita... hmmm... mirip leukemia ya... dan kebalikan dari AIDS. Cukup mengerikan, tapi aku nggak mau memikirkan tentang itu. Aku lebih tertarik tentang bagaimana caranya supaya sembuh. Sayangnya dunia kedokteran belum bisa menemukan obatnya. Pasien hanya diberikan semacam steroid untuk mempertahankan kondisi tubuh agar tidak semakin parah. Maka kemudian aku nothing to loose aja.... kalau sembuh Alhamdulillah, kalau tidak sembuh ya .... mungkin ini adalah ujian untuk kenaikan tingkat dari Allah SWT. Dengan itu aku melangkah ringan.


Tiba-tiba saja, seorang teman ibuku di Jayapura yang pernah mengobati myom di rahim ibuku (alhamdulillah sudah sembuh) mengetahui aku sakit. Dia menyuruh aku ke Jakarta untuk berobat padanya. Awalnya, melihat kondisiku waktu pertama bertemu dia berucap dalam hati (ini cerita Mami V D Mollen dulu) "Ya Tuhan,... sanggup tidak aku menyembuhkan anak ini"... Alhamdulillah, 6 bulan berobat aku periksa darah di laboratorium, hasilnya negatif. sebulan kemudian aku diperbolehkan hamil. Dan sekarang sudah ada seorang putri berumur 6 tahun dan putra berumur 1 tahun...


Ternyata,... aku bisa melewatinya... Kunci dalam menghadapi penyakit ini tidak begitu sulit, ikuti bahasa dan kemauan tubuh, dan possitive thingking.

Tidak ada komentar: